Home   >   Peminat Mobil Listrik di Indonesia Sedikit

News

13 Apr 2022

Peminat Mobil Listrik di Indonesia Sedikit

Mobil listrik (Electriv Vehicle/EV) dipandang sebagai masa depan industri otomotif Indonesia, namun rekor penjualan belum menunjukkan skenario yang sempurna sejauh ini. Ada beberapa alasan mengapa mobil inibelum laku di tanah air. Penjualan EV murni di Tanah Air hanya 685 unit pada 2021 atau hanya 0,07 persen dari total penjualan kendaraan sebanyak 863.348 unit.

“Mulai bertahun-tahun ke belakang ini mobil listrik juga sudah diperkenalkan namun volume penjualannya masih relatif kecil, masih di bawah 1.000 unit per tahunnya,” kata Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara.

Kukuh mengatakan salah satu alasan banyak orang belum membeli EV adalah karena harganya yang mahal. Konsumen mobil listrik termurah yang dapat dibeli hari ini adalah Hyundai Ioniq Electric dengan harga Rp 682 juta. Harganya tidak sesuai dengan karakteristik konsumen di tanah air karena lebih dari dua kali lipat dari mobil baru terlaris, yaitu di bawah Rp 300 juta.

“Namun kembali lagi mobil listrik saat ini harganya masih relatif mahal. Ini yang menjadi kendala karena masyarakat Indonesia itu konsumennya rata-rata, hampir 70 persen, itu membeli mobil yang harganya di bawah Rp300 juta,” ucap Kukuh.

Masalah lain pada EV di Indonesia saat ini adalah desainnya yang tidak sesuai dengan favorit masyarakat, yakni multi purpose vehicle (MPV) seperti Toyota Avanza atau Suzuki Ertiga yang memiliki tujuh kursi. EV yang ditawarkan saat ini adalah sedan, hatchback, dan SUV yang semuanya hanya memuat lima penumpang.

“Jenis-jenis kendaraan yang dibeli masyarakat itu MPV karena kegunaannya macam-macam, antar anak sekolah, belanja, rekreasi dan juga ke kantor. Itu juga salah satu kendala yang harus diatasi oleh EV terutama pada saat rekreasi dan ke luar kota,” jelas Kukuh.

Kukuh juga mengingatkan bahwa penggunaan mobil listrik pada dasarnya berbeda dengan mobil konvensional dan mengingatkan bahwa perubahan ini mungkin lebih besar daripada transisi dari transmisi manual ke otomatis.

“Mobil listrik juga demikian, bisa dibayangkan kalau pakai bahan bakar minyak pada waktu pengisian mungkin 3-5 menit ok. Tapi kalau kendaraan listrik pada waktu charging itu bermacam-macam, bisa lebih dari 2 jam bahkan sampai 15 jam. Apakah masyarakat konsumen siap menghadapi hal-hal seperti ini?” ujarnya.

Hal-hal tersebut hanyalah sebagian dari permasalahan EV, Kukuh juga mengatakan masih ada tantangan terkait dengan produksi dalam negeri, khususnya komponen baterai yang disebut-sebut menyumbang 4060 persen dari harga EV.

Isu lain yang disoroti adalah masalah infrastruktur dan keterbatasan jangkauan EV. Meskipun belum sempurna, Kukuh mengatakan EV bisa digunakan sebagai salah satu jalan bagi Indonesia untuk mencapai nol emisi dan bioetanol.

Rekomendasi Artikel: Land Rover Defender Diubah Menjadi Mobil Perang